Potensi Pemanfaatan Agroindustri Labu
Kuning Sebagai Peluang Usaha
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Beraneka
ragam bahan pangan lokal Indonesia yang mempunyai potensi dan komponen bioaktif
yang baik, namun masih banyak yang belum termanfaatkan secara optimum seperti
halnya pada komoditas labu kuning. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya
informasi yang didapat mengenai labu kuning sehingga membuat masyarakat menjadi
kurang tertarik untuk menkonsumsi labu kuning tersebut. Namun, dibalik ketidak
populeran labu kuning di Indonesia sangat berbanding terbalik dengan keadaan
yang ada di luar negeri yaitu keberadaan labu kuning dianggap penting dan
dijadikan sebagai santapan sehari-hari mereka, misalnya di negara Jepang,
Amerika, Korea, dan lain-lain.
Labu
kuning adalah salah satu komoditas pertanian yang banyak mengandung beta
karoten atau provitamin A yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Labu merupakan
buah yang dihasilkan oleh sejumlah anggota suku labu-labuan (cucurbitaceae),
terutama yang berukuran cukup besar dan berbentuk bulat memanjang. Buah
labu kuning dapat digunakan sebagai sayur, sup, atau desert. Masyarakat umumnya
memanfaatkan labu kuning yang masih muda sebagai sayuran (lodeh, sayur asam,
dan lain-lain). Olahan tradisional yang paling dikenal dari labu kuning ialah
kolak. Keunggulan lain labu kuning adalah mempunyai umur simpan yang lebih lama
dibanding hasil pertanian yang lain.
Tanaman
labu di Indonesia bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik, tanaman labu
mampu beradaptasi dengan iklim sub tropis panas maupun dingin dan mampu
beradaptasi dengan letak dataran rendah ataupun dataran tinggi. Pembudidayaan
labu secara khusus oleh petani memang jarang dilakukan, selama ini tanaman labu
lebih sering dibudidayakan di kebun, pekarangan ataupun dilakukan secara
tumpang sari. Tanaman labu bisa tumbuh dan berbuah walaupun tanpa perawatan
khusus, apabila dilakukan perawatan secara intensif maka hasilnya bisa lebih
baik lagi.
Dilihat
dari kandungan gizinya, olahan dari labu kuning sangat baik dikonsumsi oleh
anak-anak maupun orang tua. Lewat sejumlah penelitian yang dilakukan oleh para
ahli diketahui pula bahwa labu kuning memainkan peranan penting dalam mencegah
penyakit degeneratif seperti kencing manis (diabetes mellitus),
penyempitan pembuluh darah (asterosklerosis), jantung koroner, tekanan
darah tinggi, bahkan bisa pula mencegah kanker. Hal ini didasarkan pada
kandungan labu kuning yang tidak hanya mengandung beta karoten tetapi juga
mengandung kalori, karbohidrat, lemak, mineral (kalsium, phosfor, besi,
natrium, tembaga, dan seng), tiamin, niacin, serat, dan vitamin C.
Labu
kuning juga dapat dijadikan beragam olahan yang dapat menarik minat masyarakat
untuk mengkonsumsinya dimana tidak hanya dapat mengenyangkan namun juga dapat
menyehatkan. Hal ini didukung kandungan gizinya yang cukup lengkap dan harganya
yang relatif murah sehingga labu kuning dapat dijadikan sebagai alternatif
pangan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, agroindustri labu kuning memiliki
prospek kedepan yang cerah sehingga dapat dijadikan sebagai peluang usaha untuk
lebih dikembangkan lagi.
1.2 Tujuan
1. Untuk
meningkatkan nilai tambah komoditas labu kuning dengan pengolahan lebih lanjut.
2. Membuka
peluang usaha dari potensi labu kuning dengan adanya agroindustri komoditas
labu kuning.
BAB 2. DASAR TEORI
Sayuran dan buah-buahan adalah jenis
komoditi pertanian yang mempunyai sifat mudah rusak. Oleh karena itu memerlukan
penanganan pascapanen yang serius dan tepat, sehingga menjadi bentuk pangan
yang lebih stabil secara biologis, fisik maupun kimia. Penanganan pascapanen
tersebut di dalamnya termasuk proses pengolahan dan pengawetan pangan. Salah
satu hasil pertanian yang memiliki sifat mudah rusak namun potensial menjadi
komoditas bahan baku produk agroindustri adalah labu kuning (Usmiati, et
al., 2005).
Labu Kuning (Cucurbita moschata) dikenal
dengan sejumlah nama lainseperti: waluh, labu merah, labu manis, labu parang
(Jawa Barat) atau pumpkin (Inggris) merupakan salah satu jenis labu-labuan yang
menjadi komoditaspotensial sebagai bahan sayuran. Di luar negeri buah labu
besar/kuning inimenjadi sayuran bergengsi, bahkan sering dilombakan oleh
kalangan penggemarsayur-mayur tingkat dunia. Namun tingkat konsumsi labu kuning
di Indonesiamasih sangat rendah, kurang dari 5 kg per kapita per tahun.Tanaman
labu kuning berasal dari Ambon (Indonesia). Labu kuning tergolong bahan pangan
minor sehingga data statistik belum tersedia, namun dibeberapa sentra produksi,
baik di Jawa, daerah pacet, cipanas (cianjur), lembang (Bandung), semarang,
Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Kalimantan Selatan,komoditas ini telah
ditanam pada luasan tidak kurang dari 300 hektar (Ginting, 2011).
Menurut Sudarto (2000), klasifikasi dari
labu kuning yaitu sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Cucubita
Spesies : Cucubita moschata Duch
Menurut Pracaya (2009), adapun
karakteristik (ciri khas) tanaman labu kuning adalah sebagai berikut :
1. Tumbuhnya
menjalar.
2. Buah
labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang denganbanyak alur
(15-30 alur).
3. Daun
besar dan berbulu.
4. Buahnya
besar dan warnanya bervariasi (buah muda berwarna hijau,sedangkan yang lebih
tua kuning pucat).
5. Batang
kuat, panjang dan berbulu agak tajam.
6. Kulit
buah keras akan tetapi berdaging lunak dan begitu banyak mengandung air.
Labu kuning (Curcubita mochata)
merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki banyak kelebihan
dibandingkan dengan komoditas yang lain. Labu kuning merupakan jenis sayuran
buah yang memiliki daya simpan tinggi, mempunyai aroma dan citarasa yang khas,
serta sumber vitamin A karena kaya akan karoten selain mengandung gizi-gizi
lainnya seperti karbohidrat, mineral, protein, dan vitamin (Yuliani, et al.,
2005). Menurut Rasdiansyah dan Rozali (2011), buah labu kuning merupakan
bahan yang sangat baik untuk diolah menjadi makanan karena mengandung nutrisi
yang diperlukan tubuh seperti karbohidrat, vitamin A dan C, dan mineral seperti
Ca, Fe, dan Na serta mengandung sedikit lemak dan protein. Selain itu, buah ini
juga mengandung inulin dan serat pangan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan
kesehatan, khususnya saluran pencernaan.
Labu kuning juga kaya akan
senyawa-senyawa karotenoid yang berperan memberikan warna kuning kemerahan pada
buah tersebut. Salah satu senyawa karotenoid yang banyak terkandung dalam labu
kuning adalah betakaroten yaitu sekitar 79% dari total karotenoid. Di dalam
tubuh senyawa karotenoid, terutama senyawa betakaroten berperan sebagai
prekursor vitamin A. Vitamin A berfungsi melindungi mata dari beberapa penyakit
mata, dan dapat memperhalus kulit. Senyawa-senyawa karotenoid juga berperan
sebagai antioksidan untuk melindungi diri dari serangan kanker, jantung,
diabetes mellitus, proses penuaan dini, dan gangguan respon imun (Yanuwardana, et
al., 2013). Menurut Ripi (2011), labu kuning memiliki kandungan gizi yang
cukup lengkap yakni karbohidrat, protein, dan vitamin-vitamin. Karena kandungan
gizinya yang cukup lengkap ini, labu kuning dapat menjadi sumber gizi yang
sangat potensial dan harganya pun terjangkau oleh masyarakat yang
membutuhkannya.
Keunggulan lain labu kuning adalah
mempunyai umur simpan yang lebih lama dibanding hasil pertanian lain. Buah labu
yang cukup tua ketika dipetik dan tanpa cacat dapat disimpan pada suhu kamar
selama kurang lebih enam bulan tanpa banyak mengalami perubahan (Usmiati, et
al., 2005). Tingkat produksi Labu kuning di Indonesia relatif tinggi, dan
produksinya dari tahun ke tahun terus meningkat yaitu pada tahun 1999
produksinya 73.744 ton, pada 2000 naik menjadi 83,333 ton, pada 2001 menjadi
96,667 ton, 103.451 ton pada tahun 2003 dan 212.697 ton pada tahun 2006. jumlah
produksi tahun 2010 yang tercatat dalam BPS mencapai 369.846 ton (Santoso, et
al., 2013).
Meskipun
keberadaannya sangat melimpah, pemanfaatan labu kuning di kalangan masyarakat
masih sangat sederhana yang penyajiannya masih dalam bentuk buah utuh. Selain
itu, labu kuning termasuk pangan lokal yang pemanfaatannya masih sangat
terbatas (Nurhidayati dan Rustanti, 2011). Menurut Yuliani, et al.(2005),
pemanfaatan komoditas labu kuning di Indonesia masih sangar terbatas yaitu
sebagai sayuran atau diolah menjadi kolak atau dodol. Sedangkan dinegara maju,
pemanfaatan labu kuning lebih luas pada berbagai produk seperti jelly,
bakery,selai, dan produk kalengan.
Agroindustri
selayaknya mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian
sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan dapat menjadi perluasan
lapangan kerja. Agroindustri dapat pula menciptakan kemandirian industri
bilaimplementasinya merupakan keterpaduan antara teknologi dengan pasar pertanian
terkait, baik yang bersifat padat karya, semi padat karya, semi padat modal dan
padat modal (Bafdal, 2012).
BAB 3. HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Labu kuning
dapat dijadikan sebagai alternatif pangan masyarakat. Hal ini didukung karena
harganya yang relatif murah dan kandungan gizi dari buah tersebut sangat banyak
mulai dari vitamin, protein, mineral, serat hingga karbohidrat. Namun yang
paling dominan terkandung pada labu kuning yaitu betakaroten penghasil dari
vitamin A. Seperti yang kita ketahui bahwa vitamin A baik untuk kesehatan mata
dan memperhalus kulit. Selain itu, senyawa karotenoid juga berperan sebagai
antioksidan yang dapat melindungi diri dari serangan jantung, kanker, diabetes
mellitus, dan proses penuaan dini. Berdasarkan hal tersebut, produk dari labu
kuning tidak hanya dapat mengenyangkan tapi juga menyehatkan.
Labu kuning
dapat diolah menjadi beraneka ragam olahan yang memiliki nilai tambah karena
sifat dari buah tersebut yaitu lunak dan dapat menambah warna menarik dalam
olahan pangan lainnya. Labu kuning dapat diolah menjadi dodol, stick, dan saos.
Labu kuning juga berpotensi untuk diolah menjadi tepung agar lebih praktis dan
memperpanjang umur simpannya. Tepung labu kuning ini selanjutnya digunakan
untuk membuat produk makanan seperti roti, cake, mie dan biskuit dengan cara
mensubtitusikannya dengan tepung terigu.
3.2 Pembahasan
Labu kuning merupakan salah satu komoditas pertanian yang belum
termanfaatkan secara optimal. Salah satu penyebabnya
adalah kurangnya informasi yang didapat mengenai labu kuning sehingga membuat
masyarakat menjadi kurang tertarik untuk menkonsumsi labu kuning tersebut. Selain itu, meskipun produksi labu kuning di Indonesia
melimpah, namun pemanfaatan labu kuning di kalangan masyarakat masih sangat
sederhana yang penyajiannya masih dalam bentuk buah utuh. Oleh karena itu,
perlu adanya pengolahan lebih lanjut atau agroindustri dari komoditas labu
kuning untuk dapat meningkatkan nilai tambah
komoditas labu kuning serta juga dapat membuka peluang usaha dari potensi labu
kuning dengan adanya agroindustri komoditas labu kuning.
Pengolahan hasil
ini dapat bermanfaat baik bagi pemerintah, petani, masyarakat, tenaga penyuluh,
pemerintah maupun bagi peneliti. Bagi pemerintah dapat mengetahui permasalahan
agribisnis pada agroindustri komoditas pertanian khususnya labu kuning. Bagi
petani adanya agroindustri labu kuning dapat memberikan semangat untuk lebih
menanam labu kuning dan meningkatkan kualitasnya guna meningkatkan taraf
perekonomian petani itu sendiri. Pada masyarakat dapat meningkatkan minat
mereka untuk mengolah dan mengkonsumsi labu kuning. Sedangkan bagi tenaga
penyuluh, dapat memberikan penyuluhan kepada petani labu kuning diberbagai
daerah bahwa labu kuning dapat dimanfaatkan dan diolah sebagai produk dengan
nilai jual tinggi. Serta bagi peneliti, dapat dijadikan kajian awal untuk
melakukan penelitian lanjutan tentang bahan makanan labu kuning untuk terus
dikembangkan.
Labu kuning jika dijual dalam bentuk buah hanya seharga Rp 3.000/kg. Namun
jika diolah menjadi makanan maka harganya meningkat atau lebih besar
dibandingkan dengan harga awalnya sehingga akan memperoleh keuntungan yang
memungkinkan. Misalnya labu kuning diolah menjadi aneka cemilan seperti keripik
atau stik labu kuning. Untuk harga jual dari stick dapat mencapai harga Rp 5.000/kg. Dari
hasil labu kuning 1 ton (3 juta) menjadi keripik atau stik labu kuning 1000 kg
yang dapat menghasilkan sekitar 500 kemasan (5 juta). Berdasarkan harga sebelum
diolah sebesar 3 juta dan sesudah diolah sebesar 5 juta maka pengolahan dari
labu kuning memiliki nilai tambah sebesar 2 juta.
Jika labu kuning diolah menjadi dodol maka harga jual dari dodol tersebut
sekitar Rp 7.000/ pack. Andaikan dari hasil labu kuning 1 ton (3 juta) menjadi
dodol sekitar 800 pack maka jika dijual laku seharga 6 juta. Berdasarkan harga
sebelum diolah sebesar 3 juta dan sesudah diolah sebesar 6 juta maka pengolahan
dari labu kuning memiliki nilai tambah sebesar 3 juta, dua kali lipat dari
pendapatan yang diperoleh sebelum labu kuning diolah. Begitu pula jika labu
kuning diolah menjadi saos maka dari harga Rp 3000/kg menjadi Rp 10.000/ botol.
Maka dari hasil labu kuning 1 ton seharga 3 juta, jika diolah menjadi saos atau
selai dapat menghasilkan 700 botol maka jika dijual harganya mencapai7 juta. Berdasarkan
harga sebelum diolah sebesar 3 juta dan sesudah diolah sebesar 7 juta maka
pengolahan dari labu kuning memiliki nilai tambah sebesar 4 juta.
Dengan adanya nilai tambah tersebut menjadikan
harga agroindustri atau olahan labu kuning jauh lebih tinggi dari harga buah
labu kuning tanpa pengolahan. Hal ini dapat meningkatkan nilai ekonomis dari labu kuning serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, terutama bagi para produsen pengolahan labu kuning. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan potensi usaha labu
kuning ini dapat digiatkan dengan menggali potensi olahan yang ada sebagai
agroindustri berbasis produk olahan bahan
lokal. Dari potensi olahan labu kuning maka dapat membuka peluang usaha bagi
masyarakat setempat baik pada skala kecil maupun skala besar. Dengan begitu,
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai dari pendapatan yang diperoleh dari
agroindustri komoditas labu kuning.
Dalam pengolahan
komoditas labu kuning, kegiatan tersebut juga turut didukung oleh subsistem-subsistem
agribisnis yaitu subsistem pengadaan input, subsistem budidaya, subsistem agroindustri,
subsistem pemasaran, serta subsistem pendukung lainnya. Penjelasan dari
subsistem-subsistem tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut :
a.
Subsistem Penyediaan Input
Subsistem ini sangat
berperan dalam menyediakan bahan baku produksi buah labu kuning, gula pasir,
gula merah, garam, telur, mentega, tepung terigu, kayu manis, minyak nabati,
minyak goreng, dan semua hal yang dibutuhkan untuk pengolahan produk dari labu
kuning. Dalam hal ini, termasuk juga peralatan untuk memasak seperti panci,
penggorengan, pengaduk, kompor, serta tempat produk yang nantinya akan
dipasarkan dalam kemasan atau botol.
b. Subsistem Budidaya atau Usahatani
Subsistem ini
berperan dalam penyediaan bahan baku untuk pengolahan labu kuning yang dihasilkan
dari budidaya tanaman labu kuning. Subsistem ini meliputi kegiatan pengolahan
tanah, pembibitan, penanaman, pemupukan ,perawatan, panen, hingga pasca panen.
c. Subsistem Agroindustri
Agroindustri merupakan tahapan mengolah
komoditas labu kuning menjadi suatu olahan yang mudah dimakan dan juga dapat
menambah nilai gizi pada makanan. Selain itu, agroindustri ditujukan agar
memberi nilai tambah pada komoditas tersebut. Agroindustri atau pengolahan
komoditas labu kuning adalah pembuatan dodol, keripik, stik, saos, dan selai. Dengan
pengolahan tersebut maka akan didapatkan diversifikasi pangan sehingga
masyarakat tidak akan merasa jenuh dengan labu kuning. Berikut beberapa cara
pengolahan dari bahan baku labu kuning, diantaranya yaitu :
1)
Dodol labu kuning.
Gambar 1. Dodol labu kuning
Untuk pembuatan dodol, bahan-bahan yang harus
dipersiapkan yaitu labu kuning, tepung ketan, gula merah, gula pasir, garam dan
santan secukupnya. Langkah-langkah dalam pembuatan dodol labu kuning yaitu
sebagai berikut :
·
Potong-potong buah labu kemudian kukus hingga empuk
atau matang, dan buanglah kulitnya.
·
Haluskan kemudian campurkan dengan tepung ketan dan
aduk rata.
·
Jika sudah campurkan dengan bahan-bahan lainnya
kemudian, masaklah sambil diaduk hingga adonan matang dan mengental.
·
Tuangkan kedalam cetakan dan dinginkan tunggu hingga
bagian luar mengeras. Jika sudah bisa dipotong-potong sesuai selera dan dikemas
dalam potongan plastik bersih.
2)
Stick labu kuning.
Gambar 2. Stick labu kuning
Pembuatan stick merupakan salah satu olahan yang paling sederhana dan
paling digemari kebanyakan dari masyarakat karena merupakan makanan ringan.
Dalam pembuatan stick labu kuning, bahan-bahan yang harus dipersiapkan yaitu
labu kuning, tepung terigu, garam, gula, telur, mentega, dan minyak nabati.
Langkah-langkah dalam pembuatan stick labu kuning yaitu sebagai berikut :
·
Potong-potong buah labu kemudian kukus hingga empuk
atau matang, dan buanglah kulitnya.
·
Haluskan kemudian campurkan dengan bahan-bahan lainnya
dan aduk rata.
· Jika sudah campurkan dengan bahan-bahan lainnya
kemudian bentuk adonan tersebut menjadi stick baik dengan cara manual mapun
juga dapat menggunakan alat.
·
Setelah adonan tersebut berbentuk stick maka goreng
hingga matang dan mengering. Lalu tiriskan dan tunggu hingga dingin kemudian
baru dapat dikemas.
3)
Saus labu kuning.
Gambar 3. Saus labu kuning
Untuk pembuatan saus labu kuning dibutuhkan tambahan
tomat untuk mendukung citarasa dari saus tersebut. sehingga bahan-bahan yang
harus dipersiapkan yaitulabu kuning, tomat, gula merica, bawang merah, bawang
putih, cengkeh, dan kayu manis. Proses pembuatan saus labu kuning terbagi
menjadi 3 tahap yaitu pembuatan pasta labu kuning, pembuatan pasta tomat dan
pembuatan saos tomat-labu kuning. Langkah-langkah dalam pembuatan saus labu
kuning yaitu sebagai berikut :
·
Pembuatan pasta labu kuning:
1. Labu kuning dikupas, dihilangkan bijinya, dipotong, dan kemudian dicuci.
2. Potongan labu kuning dipanaskan pada suhu 90-950C sampai agak lembek
3. Labu kuning diblender sampai lembut dan menjadi pasta labu kuning
·
Pembuatan pasta tomat:
1. Tomat dipotong, dicuci dan dihilangkan kulit dan bijinya.
2. Panaskan pada suhu 60-650C selama ± 5 menit
3. Diblender sampai lembut dan menjadi pasta tomat
·
Pembuatan saus labu kuning:
1. Pasta labu kuning dan pasta tomat dicampur dengan perbandingan labu kuning
: tomat adalah 4 : 1 atau 5 : 1.
2. Panaskan campuran pasta pada suhu 90-950C selama ±30 menit untuk tiap satu
liter.Pada awal pemasakan ±1/3 bagian gula ditambahkan dengan cara ditaburkan
untuk mencegah larutnya gula didasar ketel pemanas. Kemudian tambahkan bumbu
halus bawang merah, bawang putih, merica serta cengkeh dan kayu manis.
3. Setelah volume pasta berkurang menjadi setengahnya, tambahkan sisa gula, dan garam.
4. Setelah jadi, saos labu kuning diangkat dan dinginkan. Saos labu
kuning siap dihidangkan.
d.
Subsistem Pemasaran
Subsistem pemasaran disini berperan untuk
mendistribusikan produk olahan agroindustri labu kuning kepada konsumen. Selain
itu, subsistem ini juga berperan dalam pengemasan, pengepakan maupun
penyimpanan olahan tersebut. Kisaran harga jual produk bermacam-macam
tergantung pada jenis olahan labu kuning. Harga jual untuk olahan stick labu
kuning sekitar Rp 5.000,00/kg. Sedangkan harga untuk olahan dodol labu kuning
sekitar Rp 7.000,00/ kemasan dan untuk olahan saos labu kuning, harganya
sekitar Rp. 10.000,00/ botol. Saluran pemasaran untuk olahan labu kuning yaitu
dari produsen langsung ke konsumen akhir. Produk ini dapat diperjual belikan
seperti di kios-kios atau toko-toko yang menjual bahan-bahan kue, pasar, maupun
supermarket sehingga mudah untuk dijangkau oleh konsumen.
e. Subsistem Pendukung
Subsistem pendukung merupakan subsistem
penunjang sistem agribisnis dari komoditas labu kuning. Subsistem inilah yang
mampu memberikan kelancaran dalam kegiatan agribisnis labu kuning. Seperti
adanya sarana dan prasarana dalam distribusi olahan labu kuning, jika kondisi
sarana transportasi di lokasi agroindustri baik maka mudah untuk diakses
konsumen. Kemudian juga dibutuhkan adanya suatu pembinaan baik bagi petani
maupun produsen agroindustri. Pembinaan merupakan salah satu subsistem
penunjang dalam kegiatan agribisnis yang mampu memberi ilmu pengetahuan kepada
petani mengenai cara budidaya komoditas labu kuning yang baik dan benar. Selain
itu, pembinaan juga diperlukan pada produsen agroindustri dimana pada kegiatan
tersebut produsen mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana cara mengolah labu
kuning menjadi berbagai macam olahan yang diminati oleh masyarakat setempat,
pemasarannya, hingga pangsa pasar yang dapat digunakan untuk pendistribusian
olahan labu kuning. Kelembagaan juga perlu dalam agribisnis labu kuning ini.
Dengan adanya kelembagaan maka pengelolaan agribisnis labu kuning ini dapat
berjalan dengan lancar.
Tanpa
subsistem-subsistem tersebut maka agribisnis labu kuning tidak akan berjalan
dengan lancar. Dan juga bila salah satu subsistem dalam agribisnis labu kuning
tidak dapat berjalan maka akan mempengaruhi subsistem yang lainnya. Misalnya
pada subsistem budidaya tanaman labu kuning, jika tidak dibantu oleh subsistem
pengadaan input seperti benih, pupuk, pestisida, maupun peralatan dalam
perlakuan budidaya labu kuning maka subsistem budidaya tidak akan dapat
memproduksi labu kuning. Apabila subsistem budidaya tidak dapat menghasilkan
labu kuning maka untuk pengolahan yaitu pada subsistem agroindustri tidak dapat
berproduksi juga karena tidak dapat mendapatkan bahan baku untuk diolah. Begitu
pula dengan subsistem lainnya, subsistem pemasaran serta subsistem pendukung
juga sangat berperan dalam pendistribusian produk dari olahan labu kuning. Oleh
karena itu, antar subsistem agribisnis harus berjalan selaras sehingga dapat
menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
BAB
4. PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Selama ini produksi labu kuning sangat melimpah
sementara pengolahannya belum dilakukan secara maksimal. Padahal labu kuning
ini merupakan komoditas yang sangat menjanjikan baik bagi petani,pedagang maupun
pengusaha jika dilakukan pengolahan dengan baik. Labu kuning ini memiliki
prospek bisnis yang cerah. Dengan melihat prospek usaha kuliner sekarang ini,
maka pengolahan labu kuning menjadi berbagai jenis produk makanan seperti yang
telah dipaparkan diatas dapat membuka peluang usaha bisnis yang sangat menjanjikan.
3.4 Saran
Sebaiknya
tanaman labu kuning mulai dibudidayakan kembali.Pemerintah juga harus ikut
berpartisipasi dalam mensosialisasikan mengenaiagribisnis labu kuning ini baik
kepada petani dan masyarakat. Dengan mengetahui prospek yang cerah dari tanaman
labu kuning ini maka pasti banyak masyarakat atau petani yang tertarik untuk
mengusahakan berbagai produk turunan dari tanaman ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Bafdal, N. 2012. Pengantar Teknologi Industri Pertanian. Bandung
: Unpad Press.
Ginting, L.N. 2011. Manajemen Agribisnis Labu Kuning atau Waluh. Managemen
Agribisnis, : 1-48.
Pracaya. 2009. Bertanam Sayur Organik.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Rasdiansyah, dan Z.F. Rozali. 2011. Penggunaan Pasta Labu Kuning
Sebagai Bahan Biofortifikasi Vitamin A Pada Roti Tawar. Teknologi dan
Industri Pertanian Indonesia, 3(3) : 7-11.
Ripi, V.I. 2011. Pembuatan Dan Analisis Kandungan Gizi Tepung Labu
Kuning (Cucurbita moschata Duch.). Teknologi Industri, 1(2) : 32-41.
Santoso, E.B., Basito, dan D. Rahadian. 2013. Pengaruh Penambahan
Berbagai Jenis Dan Konsentrasi Susu Terhadap Sifat Sensoris Dan Sifat
Fisikokimia Puree Labu Kuning (Cucurbita moschata). Teknosains
Pangan,2(3) : 15-26.
Sudarto, Y. 2000. Budidaya Waluh.
Yogyakarta : Kanisius.
Usmiati, S., S. Yuliani, dan H. Setyanto. 2005. Karakteristik
Proksimat dan Profil Warna Tepung Labu Kuning. Bogor : Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Yanuwardana, Basito, dan D.R.A. Muhammad. 2013. Kajian Karakteristik
Fisikokimia Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata) Termodifikasi Dengan
Variasi Lama Perendaman Dan Konsentrasi Asam Laktat. Teknosains Pangan, 2(2)
: 75-83.
Yuliani, S., C. Winarti, S. Usmiati, dan W. Nurhayati. 2005.
Karakteristik Fisik Kimia Labu Kuning Pada Berbagai Tingkat Kematangan.
Prosiding Seminar Nasional Hasil- hasil Penelitian atau Pengkajian Spesifik
Lokasi, Jambi.
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan HORMON GIBERELIN untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
Mohon pencerahan
BalasHapusDaerah jawa tengah, dimana sentra penghasil labu kuning atau labu parang atau waluh?