BEBERAPA MACAM PERANGKAP SERANGGA
Serangga sebagai bagian dari
komunitas ekosistem bumi telah menjadi penentu keberadaan dan perkembangan
ekosistem di muka bumi. Interaksi antara serangga dengan manusia sudah
berlansung sejak manusia ada dan hidup di dunia. Serangga mempunyai peran
penting dalam kehidupan manusia. Begitu juga kerugian yang besar akibat
gangguan kesehatan hewan dan manusia yang disebabkan oleh penyakit yang
ditularkan dan disebarkan oleh serangga. Manusia selalu lebih sering melihat serangga secara
antroposentris yaitu
sebagai kelompok organisme
yang lebih banyak mendatangkan
kerugian daripada keuntungan bagi kehidupan manusia. Namun pada
hakekatnya aspek-aspek
positif dan manfaat serangga bagi kehidupan manusia
jauh lebih besar daripada aspek-aspek
yang merugikan. Serangga
memiliki tingkatan taksonomi yang menghimpun dari beberapa famili dan tingkatan
klasifikasinya yang di sebut dengan ordo. Menurut Purnomo dan Haryadi (2007), ordo pada serangga terdapat 24 macam dan
sudah ada lebih dari 1.000.000 spesies yang sudah diberi nama. Macam-macam ordo
yang 24 tersebut beberapa diantaranya yaitu yaitu Orthoptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Homoptera, Orthoptera, Hemiptera,
Blattodea, Thrycoptera, Pthyroptera dan lain-lain. Ordo-ordo serangga
tersebut memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda-beda.
Terdapat beberapa metode perangkap yang dapat digunakan untuk menangkap serangga, diantaranya yaitu:
1. Sweep Net
Sweep net merupakan jaring serangga. Alat ini dapat dibuat dari kayu, kawat, kain
kelambu (Simanjuntak dan Hadikastowo, 1996). Jaring serangga dibuat dari bahan
yang ringan dan kuat, yaitu kain kasa atau blacu. Panjang tangkai jaring
sekitar 75-100 cm. Mulut jaring terbuka dengan garis tengah 30 cm, panjang
kantong kain kasa sekitar dua kali panjang garis tengah lingkaran mulut jaring.
Jaring serangga dapat digunakan dengan dua cara, mengayunkan pada tanaman,
dalam keadaan ini diperlukan kecepatan dan keterampilan, khususnya bagi
serangga yang terbang cepat. Kedua menyapukan disekitar tanaman, di sini akan
diperoleh jumlah dan jenis serangga yang relatif kecil. Jaring serangga (Sweep net) lebih sesuai digunakan untuk menangkap serangga-serangga yang
menempel atau terdapat pada tanaman-tanaman perdu. Berikut merupakan bentuk
dari sweep net yaitu :
Gambar 1. Sweep Net (Jaring Serangga)
2. Pitfall Trap
Pitfall trap atau perangkap jebak adalah piranti yang biasanya digunakan untuk
menangkap dan mempelajari serangga penggali tanah, rayap, kumbang ataupun
serangga-serangga lain yang mempunyai mobilitas di atas tanah. Perangkat jebakan dibenamkan di dalam tanah
dimana permukaan tanah sejajar dengan ujung atas bibir kaleng atau gelas
plastik yang berisi cairan alkohol. Bagian atas perangkat jebakan sebaiknya ditutup
dengan sebuah cover atau pelindung lainnya untuk mencegah masuknya air hujan
maupun vertebrata kecil jatuh ke sumur jebakan. Alat ini sering digunakan untuk
menangkap serangga dari ordo Coleoptera
seperti kumbang dan kepik. Berikut adalah gambar dari Pitfall trap yaitu :
Gambar 2. Pitfall
Trap
3. Sticky Trap
Sticky trap adalah perangkap serangga yang dirancang berdasarkan prefensi serangga
terhadap suatu warna tertentu. Sticky trap dibuat berdasarkan sifat serangga yang menyukai warna kuning mencolok. Hal
tersebut disebabkan warna kuning yang mencolok mirip dengan warna kelopak bunga
yang sedang mekar sempurna (Suryanto, 2010). Perangkap kuning dapat dibuat
berbentuk persegi atau silinder dengan bahan karton, map plastik warna kuning,
triplek, botol air mineral, dan sebagainya (Taha et al., 2012). Perangkap warna kuning atau sticky trap lebih
menarik bagi serangga dibandingkan dengan perangkap warna oranye, putih, biru,
hijau dan tak berwarna (Thein et al.,
2011). Perangkap kuning juga lebih efektif dalam menangkap hama dibandingkan
dengan perangkap biru (Jumiatin dkk, 2013). Fungsi warna kuning sebenarnya
untuk menarik hama mendekat karena pada saat malam hari perangkap kuning
terlihat menyala. Sementara itu lem untuk mengikat, agar hama tidak bisa
terbang dan mati, selain menghemat biaya obat, dengan cara penggunaan perangkap
kuning membuat produktivitas tanaman semakin meningkat.
Gambar 3. Sticky Trap pada Tanaman Kopi
4. Malaise Trap
Malaise trap merupakan perangkap seperti rumah atau tenda jaring yang berwarna putih.
Perangkap ini digunakan untuk mengoleksi lalat, lebah dan tabuhan (Purnomo dan
Haryadi, 2007). Perangkat jebakan ini terdiri dari empat buah jaring vertikal
yang dibentangkan pada sumbu yang sama masing-masing membentuk sudut 900
satu sama lainnya. Bagian atasnya ditutup oleh kain yang berbentuk segiempat
yang disesuaikan sedemikian rupa sehingga menuju pada satu outlet tabung
pengumpul yang diletakkan pada ujung bagian atas tiang pada sumbu utama. Tabung
pengumpul dapat diberikan cairan pembunuh ataupun atraktan, bergantung
kebutuhan kolektor. Perangkap jebakan ini bekerja dengan mekanisme menjebak
serangga-serangga yangcenderung bergerak ke atas pada satu outlet tabung
pengumpul, dimana desain dari tabung pengumpul dibuat sedemikian rupa sehingga
serangga-serangga dapat masuk namun tidak bias keluar dari tabung tersebut. Berikut
gambar dari malaise trap yaitu :
Gambar 4. Malaise Trap
5. Barlese Trap
Barlese Trap merupakan salah satu perangkap yang digunakan untuk menangkap serangga dan
tungau yang hidup leaf litter, humus
dan lain-lain (Purnomo dan Haryadi, 2007). Metode
ini dilakukan dengan cara mengambil seresah tumbuhan yang kemudian diletakkan
di dalam corong Barlese. Cara ini efektif untuk menangkap
serangga-serangga sangat kecil yang hidup di dalam seresah umumnya berperan
sebagai pengurai bahan organik, seperti beberapa jenis semut, kumbang
Tenebrionidae, Thysanura, dan beberapa Hexapoda bukan serangga seperti
Collembola, Protura, dan Diplura. Berikut
gambar dari barlese trap yaitu :
Gambar 5. Barlese Trap
Sumber :
Jumiatin, E., B. Yanuwiadi, dan A.S.
Leksono. 2013. Keanekaragaman Komunitas Arthropoda Kanopi yang Berpotensi
Polinator pada Tanaman Apel (Malus
Sylvestris Mill.) di Lahan Apel Desa Bumiaji. Biotropika, 1(3): 119-123.
Purnomo, H. Dan
N.T. Haryadi. 2007. Entomologi. Jember:
Center of Society Studies.
Simanjuntak, R.
H dan Hadikastowo. 1996. Mengumpulkan dan
Mengawetkan Serangga. Jakarta: Penerbit Bhratara.
Suryanto, W.A. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman Pangan,
hortikultura, dan Perkebunan Masalah dan Solusinya. Yogyakarta: Kanisius.
Taha,
A.M., B.H. Homam., A.F.E. Afsah, dan M.E.S. Fatma. 2012. Effect of Trap Color on
Captures of Tuta Absoluta Moths (Lepidoptera: Gelechiidae). Environmental Science and Engineering,
3(1): 43-48.
Thein, M.M., T. Jamjanya, dan Y.
Hanboonsong. 2011. Evaluation of Colour Traps to Monitor Insect Vectors of Sugarcane
White Leaf Phytoplasma. Insectology,
1(1): 117-118.
Komentar
Posting Komentar