Pengelolaan Lahan Basah dengan Budidaya Mina Padi
BAB 1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki area lahan basah yang cukup luas dengan variasi tipe dan
ukuran yang beragam serta tersebar di berbagai pulau. Lahan basah
(wetlands) yaitu daerah rawa, payau, lahan gambut dan perairan, alami
atau buatan, tetap atau sementara, dengan air tergenang atau mengalir, tawar,
payau atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih
dari enam meter pada waktu air surut (Nirarita et al. 1996). Untuk
menunjang keberlanjutan dari lahan basah maka diperlukan suatu pengelolaan. Dalam
pengelolaan lahan basah dapat dilakukan dengan menerapkan sistem pertanian
terpadu. Budidaya mina padi merupakan salah satu implementasi dari sistem
petanian terpadu yang dapat diterapkan di lahan basah. Penerapan sistem
pertanian terpadu dengan mina padi atau pemanfaatan sawah sebagai tempat
penanaman padi sekaligus sebagai tempat pemeliharaan ikan, dapat diterima oleh
masyarakat karena pemeliharaan kedua komoditas tersebut bersifat komplementer.
Artinya, kegiatan ini dapat berjalan sekaligus tanpa mengganggu keberhasilan
satu sama lain sehingga pada akhirnya diperoleh hasil yang optimal.
BAB 2. DATA
Gambar1. Grafik budidaya ikan tawar tahun 2008-2012 di Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat.
Sumber
: Badan Pusat Statistik (2012).
BAB 3. PEMBAHASAN
Data tersebut menunjukkan tingkat produksi ikan air tawar beserta
keuntungan yang didapatkan dari budidaya ikan tawar pada tahun 2008-2012 di
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Data ini mengambil contoh dari Kabupaten
Tasikmalaya yang merupakan salah satu wilayah dimana kebanyakan petani didaerah
tersebut menerapkan sistem pertanian terpadu mina padi. Dari data tersebut
dapat dilihat bahwa tingkat produksi ikan air tawar dari tahun ke-tahun semakin
meningkat. Begitu juga dengan keuntungan yang diperoleh dari produksi ikan tawar
dari tahun ke tahun juga turut meningkat. Produksi ikan tawar ini dihasilkan
dari budidaya ikan kolam, tambak ikan, dan mina padi.
Pada tahun 2008 menuju tahun berikutnya yaitu tahun 2009, peningkatan
produksi ikan tawar hanya sekitar 3 Ton saja. Meskipun peningkatan tersebut
tidak seberapa, keuntungan yang didapat lumayan banyak sekitar 42 juta. Pada
tahun 2009-2010, terjadi peningkatan produksi ikan tawar lebih banyak
dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sekitar 4 Ton. Dengan peningkatan
produksi tersebut maka keuntungan yang diperoleh juga meningkat yaitu sebesar
81 juta. Dan begitu juga yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya, antara
produksi ikan tawar dan keuntungan yang didapatkan terjadi peningkatan yang
signifikan. Dari keseluruhan produksi ikan tawar, peningkatan yang sangat
menakjubkan terjadi pada tahun 2010 menuju tahun 2011 yaitu sekitar 10 Ton ikan
tawar dan keuntungan yang didapatkan dari produksi tersebut sebesar 65 juta.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi ikan tawar dari tahun ke-tahun di Kabupaten Tasikmalaya terjadi peningkatan begitu pula keuntungan
yang didapatkan dari produksi ikan tawar juga ikut meningkat. Dan salah satu penyumbang dari produksi ikan
tawar tersebut adalah dari mina padi. Menurut data Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013, dari 49.000 hektar
yang digunakan untuk budidaya mina padi baru sekitar 4.000 hektar sawah.
Meskipun penerapan pola budidaya tersebut belum besar, namun mina padi telah
menghasilkan 6.872 ton beragam jenis ikan. Berdasarkan hal tersebut, sistem budidaya minapadi dapat dijadikan salah satu alternatif untuk
meningkatkan produksi ikan khususnya ikan air tawar.dan juga memberikan keuntungan yang dapat menunjang
pendapatan para petani seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya.
Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan lahan basah dapat dilakukan dengan
budidaya perikanan terutama dengan sistem pertanian terpadu yaitu budidaya mina
padi. Dengan
potensi lahan persawahan Indonesia yang cukup besar yakni mencapai 7 juta
hektar maka produksi perikanan yang cukup besar bisa diperoleh dari penerapan
mina padi. Sehubungan dengan besarnya potensi tersebut maka Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengembangkan program ”Gerakan sejuta hektar
mina padi” atau disingkat GENTANADI. Dari program tersebut selain produksi ikan
nasional akan meningkat juga memberi manfaat bagi meningkatnya kesejahteraan
masyarakat khususnya petani.
Seperti yang kita ketahui bahwa mina padi merupakan cara yang digunakan
oleh petani dengan menggabungkan teknik budidaya padi dan pemeliharaan ikan,
yang dilakukan secara bersamaan di lahan sawah. Selain menyediakan pangan sumber
karbohidrat, sistem ini juga menyediakan protein sehingga cukup baik untuk
meningkatkan mutu makanan penduduk. Cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman
padi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu sebagai penyelang diantara dua musim
tanam padi atau pemeliharaan ikan sebagai pengganti palawija di persawahan.
Jenis ikan yang dapat dipelihara pada sistem mina padi adalah ikan mas, nila,
mujair, karper, tawes, udang galah dan lain-lain. Ikan mas dan karper merupakan
jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah, karena ikan tersebut dapat
tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal, serta lebih tahan terhadap
matahari. Agar pertumbuhan tanaman padi tidak terganggu, pemeliharaan ikan di
sawah harus disesuaikan dengan sistem pengairan yang ada, sehingga produksi
padi tidak terganggu. Dan sawah yang sesuai untuk mina padi adalah sawah yang
berpengairan teknis maupun setengah teknis.
Adanya sistem mina padi yang tepat dapat
memberikan pendapatan yang tinggi. Selain memperoleh keberhasilan dari
pemanenan padi, petani sekaligus mendapatkan keuntungan dari pemanenan ikan.
Kalau pun terjadi kegagalan dalam pemanenan padi, petani tidak perlu berkecil
hati karena masih ada hasil pemanenan ikan yang bisa menutupi kerugian bercocok
tanam padi di sawah. Keuntungan lain dari penerapan mina padi yaitu dapat
menekan pertumbuhan gulma, mengurangi serangan hama dan penyakit dan
meningkatkan jumlah musuh alami bagi hama tanaman. Benih ikan memakan plankton
dan organisme kecil lain yang jatuh atau terdapat di air termasuk telur dan
larva hama padi. Hal ini menguntungkan karena ikan yang dipelihara memperoleh
makanan tambahan. Kotoran dari ikan juga dapat digunakan sebagai pupuk organik
bagi tanaman padi. Selain itu, berkurangnya aplikasi pestisida dalam budidaya
mina padi memberi keuntungan lain karena mendorong berkembangnya musuh alami
bagi hama padi. Dengan berkurangnya aplikasi pestisida selain memberi
keuntungan bagi petani dengan berkurangnya biaya produksi, juga memberi
keuntungan bagi kesehatan manusia dan pelestarian lingkungan.
Selain hal tersebut, kawasan mina padi juga
dapat digunakan untuk mendukung wisata lingkungan (ekowisata). Hal ini didukung
karena salah satu bentuk wisata yang marak berkembang belakangan ini adalah
wisata pertanian, dimana wisatawan terlibat langsung dalam kegiatan pertanian
seperti membajak sawah, bercocok tanam, berternak, memancing dan berbagai
kegiatan pertanian lainnya. Berbagai daerah diketahui telah mengembangkan
wisata pertanian seperti Desa Cinangneng di Bogor, Desa Kebon agung di
Jogjakarta dan lain-lain. Pengembangan mina padi pada kawasan pertanian sawah
akan lebih meningkatkan daya tarik wisata pertanian karena lebih banyak variasi
wisata yang dapat diperoleh serta sifatnya yang ramah lingkungan. Pada lokasi
mina padi, wisatawan tidak hanya menemukan padi di lahan persawahan tetapi juga
dapat menemukan ikan. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan perikanan juga
dapat dikembangkan sebagai alternatif wisata seperti memancing dan menjala
ikan, memberi makan ikan dan lain lain.
Disisi lain sistem budidaya mina padi
yang dapat mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida memberikan
pengaruh baik dalam meningkatkan musuh alami dari hama dan penyakit tanaman
padi. Hal ini memungkinkan dihasilkannya produk pertanian organik yang lebih
sehat dari budidaya mina padi. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya makanan sehat seperti produk organik, maka proses produksi
bahan organik juga dapat menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan sekaligus
media pendidikan yang baik untuk kampanye pentingnya perlindungan alam dan
penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Oleh karena itu, sistem budidaya mina
padi merupakan cara tepat dalam pengelolaan lahan basah dimana tidak hanya
dapat menghasilkan produksi padi dan ikan yang sehat (organik) tetapi juga
dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata pertanian.
BAB 4. PENUTUP
Pengelolaan lahan basah dapat dilakukan dengan penerapan sistem pertanian
terpadu yaitu dengan budidaya minapadi. Sistem budidaya mina padi juga dapat
menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi ikan khususnya ikan
air tawar. Selain itu, minapadi yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia
(pupuk dan pestisida) dan meningkatkan keragaman produk merupakan pilihan baik
bagi pengembangan kawasan wisata pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Pusat Statistik. 2012. Produksivitas Ikan
Tawar. Bandung : Badan Pusat Statistik Tasikmalaya.
Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2011. Teknik Budidaya Mina padi. Jakarta : Badan
Pengembangan SDM KP Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.
Nirarita CE., Wibowo
P., Susanti S., Padmawinat D., Kusmarini,. Syarif M., Kusniangsih dan Sinulingga LBR. 1996. Ekosistem Lahan
Basah Indonesia. Bogor: Wetlands
International-Indonesia Programme.
Nurjaman,
E. 2013. Mina Padi Jadi Andalan. Jawa Barat : Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus