Langsung ke konten utama

Mekanisme Masuknya Residu Kimia pada Produk Pertanian


Berdasarkan aplikasinya, mekanisme masuknya residu kimia pada produk pertanian khususnya tanaman hortikultura dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.    Secara kontak
Aplikasi bahan-bahan kimia seperti pestisida secara kontak akan meninggalkan residu pada kulit atau permukaan produk pertanian seperti buah dan sayuran. Residu tersebut terakumulasi sedikit-demi sedikit pada permukaan produk pertanian yang tergantung dari frekuansi penyemprotan pestisida. Semakin sering melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman maka residu yang terdapat pada produk pertanian semakin banyak. Hal tersebut juga berlaku pada pasca panen dimana produk pertanian juga banyak yang diaplikasikan pestisida agar menghindari serangan dari hama gudang. Buah dan sayuran yang memiliki kulit yang tipis seperti apel, tomat, dan wortel yang terdapat akumulasi residu kimia sangat rentan menyebabkan keracunan pada manusia dibandingkan pada buah yang berkulit tebal seperti jeruk, nangka, dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan manusia mengonsumsi buah atau sayuran yang berkulit tipis secara langsung tanpa dikupas kulitnya terlebih dahulu. Sebaliknya, biasanya kulit pada buah yang berkulit tebal akan dikelupas terlebih dahulu sehingga akumulasi residu kimia tidak akan terkonsumsi oleh manusia.

2.    Secara sistemik
Aplikasi pestisida secara sistemik akan menyebabkan residu kimia menyebar pada seluruh jaringan tanaman dan pada akhirnya akan terakumulasi ke bagian tanaman yang di panen. Pestisida yang diaplikasikan secara sistemik akan masuk melalui stomata tanaman dan selanjutnya menuju kloroplas. Residu pestisida akan bercampur dengan hasil fotosintat yang dihasilkan dari proses fotosintesis di organ daun. Hasil fotosintat dan residu tersebut selanjutnya akan disalurkan pada seluruh jaringan tanaman melalui floem dan akumulasi yang tertinggi yaitu pada bagian tanaman yang di panen seperti buah, daun atau umbi. Hal inilah yang menyebabkan produk pertanian banyak mengandung residu kimia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cobweb Theory

Teori Analisis Cobweb (sarang laba-laba) Teori analisis cobweb menjelaskan tentang siklus harga produk pertanian yang menunjukkan fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Penyebab dari fluktuasi tersebut yaitu adanya reaksi yang terlambat dari pihak produsen terhadap harga. Berikut kurva dari teori analisis cobweb :   Sumber : Budiono (1999) Kurva diatas menggambarkan teori cobweb (sarang laba-laba) pada kondisi permintaan yang lebih elastis dibandingkan penawaran. Misalnya pada musim 1 jumlah produk yang dihasilkan (di panen) sebanyak Q1. Dengan kurva permintaan D, maka harga yang terjadi di pasar pada musim ke 1 adalah P1. Barang-barang atau segala sesuatu dari hasil pertanian merupakan barang non durabel (tidak tahan lama) sehingga dengan jumlah produk sebanyak Q1 tadi harus terjual habis pada musim itu juga dengan harga P1. Selanjutnya, atas dasar harga yang berlaku tersebut produsen merencanakan produksinya un

Pembuatan Media Untuk Mikroba

Media biakan adalah media steril yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media biakan terdiri dari garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya. Media biakan yang mampu mendukung optimalisasi pertumbuhan mikroorganisme harus dapat memenuhi persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme. unsur tersebut berupa garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya (Maftuhah dkk, 2014). Media untuk pertumbuhan mikroba ada beberapa macam diantaranya yaitu media Tauge Sukrose Agar (TSA), Potato Sukrose Agar (PSA) dan Nutrient Agar (NA). Setiap jenis media memiliki fungsi yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Fungsi media Tauge Sukrose Agar (TSA) yaitu untuk menumbuhkan zees, jamur (khamir dan kapang). Berdasarkan fungsinya,

METAMORFOSIS SERANGGA

METAMORFOSIS ATAU SIKLUS HIDUP SERANGGA 1.     Capung ( Anisoptera ), Ordo Odonata Ciri-ciri penting ordo ini menurut Purnomo dan Haryadi (2007) adalah aquatic nymphs (naiad), tubuh imago serangga berbentuk memanjang, mempunyai dua pasang sayap yang berukuran sama, pada umumnya berwarna terang atau metalik dan berada didkat air. Perkembangbiakan capung termasuk metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidup capung mengalami 3 tahapan yaitu telur, nimfa dan imago. a.     Fase telur : telur capung diselimuti dengan lendir sehingga terasa sangat licin saat dipegang. Telur   yang   menetas   akan   berkembang   dan   hidup   di   wilayah   dasar perairan. Larva   tersebut   bernafas   dengan   menggunakan   insang   internal. Meski   demikian,   larva   tersebut   bisa   hidup   di   daratan   dengan   durasi berjam-jam.   Telur tersebut akan berubah menjadi larva yang disebut naiad,   setelah dua hari sampai satu minggu kemudian bertransformasi menjadi nimfa. Perubahan yang me